Welcome blog Mba Nana

Diario Area | Diario Travel | Diario Outfit | Diario Love | Diario Diario

Minggu, 21 Januari 2018

Aku, dan cuma Aku


Aku. Diam saja sudah buatku nikmat kehidupan

Siang ditengah terpaan hujan deras nan curam, rasanya dahaga bagai bahagia datang kembali ke permukaan. Bukan bahagia senang melainkan, hanya bahagia sebagai tanda bahwa aku bersyukur untuk semua ini 

Kesendirian ku ialah sendiri
Kesendirian ku bukan curam ku 
Kesendirian ku hanya sebuah sendiri yang orang lain tak pernah merasa 
Aku, bagai aku seorang di muka bumi ini
Hidup tanpa bayangan apapun, tanpa sentuhan khas dari orang - orang diluar
Tapi sudah cukup untuk buatku bahagia

Sesekali cinta datang untuk menyejukkan hati
Tapi datangnya cinta hanya untuk bertamu, bukan untuk menetap
Yang ingin pergi pasti kan pergi
Yang ingin bersama akan terus bersama 
Ku akui semua itu terjadi atas seijin takdir semesta 
Kalau memang seharusnya begitu 


Terkadang aku hanya butuh secangkir kepahitan. Seperti yang orang-orang anjurkan bahwa pahitnya kopi sama dengan pahitnya hidup yang kamu rasa. Bila diminum, semua akan berasa nikmat menjadi kesejukkan serta keikhlasan bahagia. 

Aku bersemayan dalam ruang kosongku, hanya berdiam diri dan merenung menanyakan suatu akan filosofi yang sama sekali tak pernah muncul untuk ditanyakan. Mengapa manusia akan lebih baik bila bersama? Mengapa cinta dan dicintai itu merasa perlu dan bukan hanya sekedar untuk sementara? Mengapa pundak dari bahagia adalah bila kita ber-sepasang? 

Menjadi sepasang atau berdua adalah atas kemauan takdir, bukan semua wujud manusia ingin berdua. Tidak semua. Untuk memulai berdua saja sulit, apalagi bila dijalani, bagai rintangan satu persatu. 

Mencocokkan dua hati itu adalah perkara. 
Tapi mengapa perkara itu adalah suatu kewajiban untuk semua orang?
Mengapa takdir semesta sangat menyulitkan? 
Bagaimana bila aku cinta untuk menjadi sendiri? 
Bagaimana mewujudkan berdua adalah problematika hidup?

Aku lelah untuk menyamakan kedua hati yang berbeda, semesta. Berat rasanya. Dua insan dalam dua benak kacau yang berbeda. Untuk disatukan rasanya bagai perang hirosima nagasaki, perlu meledakkan dahulu keduanya. Syukur bisa menjadi satu, lantas kalau berpisah karena insan yang dihantam sangat berat bebannya? Lalu kembali lagi mengapa takdir harus berdua? 


Cuma pahitnya kopi adalah temanku kala bebanku serasa menghantam jiwa. Kesendirianku amat lebih baik dari rasa kamu menggandeng lenganku lalu menghempasnya saat kau tahu bahwa aku bisa menjadi pribadi diluar batas. Hanya diluar batas dari benakmu, pangeran. Bukan diluar batas seperti kebanyakan orang. 

Kalau ikhtisar dari mencinta adalah menjalin menjadi satu, lantas mengapa kami mempunyai pikiran untuk tak menerima perbedaan? Mengapa semesta memberikan?



Lagi-lagi isi benakku hanyalah sebuah ilusi pertanyaan yang sama sekali aku tak tahu apa jawabannya. Kalau aku bertanya pada semua orang, mereka hanya diam dan bingung mencari jawaban. Kembali aku diam lagi. Selain dari hal nya kopi, buku adalah sandaranku. Aku benar benci untuk mencinta. Seperti pengorbanan yang tak dibayar jasanya. Syukur dibayar dengan bahagia, bagaimana bila dihempas? Mari di ikhlaskan semua rasa.

Ah aku lelah. Menjadi pemenang hati seseorang bukanlah handalanku. Yang ku tahu, bakatku adalah menjadi pemenang sendiri. Kesendirian adalah nikmat surga yang ku rasa. Aku, tak butuh belaian lembut serta kecupan mesra lainnya. Semuanya itu hanya nikmat sesaat karena suatu saat akan kembali dihempas dan lalu ditinggal pergi. Apa itu rasanya bahagia? 



Bersandar pada ruangku adalah wujud penerimaan hidup. Aku harus merasa bahagia. Dia, hanya mainan hati dari sedikit waktuku dalam hidup. Mengapa hati ku terus mengalun karenanya? Mengapa terkadang logika tak sejalan bahkan perasaan lebih bisa untuk memenangkan daripada logika? 

Dia yang datang untuk mengenalmu semula lalu berniat pergi setelah mengetahui keburukanmu bukanlah orang yang tepat bagimu. Alangkah lebih baik bukan untuk menunjukkan sisi buruk pada masa pendekatan daripada setelah janur kuning lalu diketahui semua segala sisi buruk? Syukur bisa diterima, kalau tidak? Akan ada penyesalan serta tangisan yang hebat. Memang kita hanya jagung rebus setelah dikunyah lalu dibuang ampasnya? Kita juga manusia yang butuh dikasih dan sayang 


Kini aku kembali sendiri pada ruang kosong ku. Duduk berdiam hanya melamun sesekali ku pejamkan mata sebagai tanda ku jalin komunikasi pada semesta. Aku bersyukur walau semua ini terasa sakit yang tak seberapa. Aku lebih baik bila aku sendiri. 

Mungkin takdir memang harus begini. Mungkin aku bisa bahagia dengan belaian bila ku terapkan penerimaan hati. Apa aku perlu memperbaiki diri? Kalau ditinggal dan dihempas lagi, akankah aku masih belum cukup baik sebagai seseorang? Seburuk itukah aku? 

Kesadaran memang perlu buat semua, tapi disadari atau tidak, ikhtisarnya semua manusia sama saja. Punya sisi baik maupun buruk. Buruknya dia tak dimiliki orang lain, baiknya dia juga tak dimiliki orang lain. Cinta hanya perlu penerimaan. Penerimaan cinta itu ialah menutupi segala keburukan sehingga bahagia kan datang abadi.

Ah hujan masih belum reda tapi kopi pahitku sudah habis. Ku letakkan kopi yang ku genggam sedari tadi keatas meja kecil sampingku, kembali ku menyandarkan diri pada kasur empuk ini, memejamkan mata untuk sesaat lalu tersenyum seraya berucap dalam hati "Aku, dan cuma aku adalah pemenang dari sebuah bahagia bila aku sendiri" 

17 komentar:

  1. Aku mau seperti Kopi walau pun pahit tapi tetap saja ada yang menikmati. :)

    BalasHapus
  2. Aku juga suka ngopi, di antaranya Kopi Sidikalang, hmmm....

    BalasHapus
  3. Kalau aku suka kopi sih, tapi nggak begitu suka. Yang jelas kalau minum kopi nggak setiap hari, kalau lagi pengen aja. Kebetulan saat ini belum ngopi lagi nih. Kirain mau dikasih kalau kesini, atau udah di sediain, Teh Nana? Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha jadi minta diwejangin kopi ya si mas? Sama aku juga kalau pengen aja. Mau kopi apa nih kopi tubruk kopi item kopi kapal api kopi simalakama?

      Hapus
  4. Pertama kali main ke sini, semoga bisa sering2 jika silaturahmi sudah terjalin baik.

    Setiap kalimat yang tertulis adalah bentuk gambaran suasana hati,.
    Terlihat dari dalam nya setiap kata yang tertulis membentuk sebuah sajak yang merasuk kedalam kalbu.,

    BalasHapus
  5. Uww baca ini rasanya kaya lg refleksi diri.. Tos dlu dong mbak.. Wkwkwk

    BalasHapus
  6. Kunjungan balik nih judulnya. Dan berhubung ada celotehan tentang kopi, jadi ya saya akan berceloteh sedikit
    "Semahal apapun tempat anda menikmati kopi. Kopi tetaplah kopi. Kopi tak kenal kasta. (Kholorijho.xyz)

    BalasHapus
  7. Terkadang aku berfikir mengapa mereka dengan mudahnya utak-atik kata menjadi menarik untuk dibaca?
    Aku cuma bisa jadi pengagum saja.
    Keren

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Foto Saya
Fransisca Williana Nana
Lihat profil lengkapku

Followers

total human

Popular Posts