https://secure.static.tumblr.com/2217efc4f442ff270691142e7a6f273f/r76ua76/LFen0b1xe/tumblr_static_00000000000000rain-wallpaper-2.jpg
Sembari ditemani kopi hangat yang sudah kedua kalinya kini kupesan, hujan masih juga belum berhenti. Rintik demi rintiknya kian lama mulai hilang, aku bangkit hendak beranjak dari tempat ini. Seseorang menahanku, tangannya terasa pada lenganku, jemarinya begitu erat dan sangat kurindukan. Bagai sesuatu yang dulu selalu muncul dan kini sesuatu itu telah hilang dan kini kudapat kembali. Aku menghadap ke arahnya, ternyata benar, dia kekasihku yang kini menjadi mantan.
"Rafles?"
Ucapku ternganga. Menakjubkan tiba-tiba melihatnya disini, menahanku entah untuk apa. Setelah perkara setahun lalu kita masih menjalin hubungan dan rasa sayang itu masih amat memuncak.
Kejadian itu... ketika aku menemukan rafles tengah sedang berdua bersama perempuan lain di restoran mewah, aku mengintai mereka mendapatkan rafles tengah bersuap-suapan dengan wanita itu. Emosiku memuncak, ku datangi meja bernomor lima itu dan kulabrak mereka. Aku mendorong wanita itu, emosiku benar-benar memuncak tak terkontrol. Seisi meja benar-benar berantakan, kotor, lusuh, dan hancur puing-puing gelas serta piringnya. Rafles mendorongku, menampar pipiku sampai aku jatuh.
"Kamu nampar aku? kamu lebih membela perempuan itu daripada aku?" Air mataku jatuh, lelaki mana yang tega melakukan ini ke orang yang dia sayang? Apa rafles sudah berhenti sayang padaku? Sakit rasanya diperlakukan seperti ini. Dia beraninya bermain dengan perempuan lain sementara aku adalah kekasihnya.
"Jangan salahkan aku karena aku begini. Aku begini karena ini semua salah kamu. Sayang kamu, perhatian kamu, ke aku udah mulai pudar, apa salah aku dekat dengan perempuan lain?" ucap rafles sambil mendekat ke arahku, ia berjongkok agar jarak kita tak begitu berjauhan saat sedang bercakap. Orang-orang disekitar melihat tindakan memalukan kita. Tapi aku tak perduli
"Brengsek" Aku mendorong rafles menjauh dari ku dan segera bangkit berdiri, ku ambil gelas penuh berisikan cola milik meja lain lantas ku lempar isi dari gelas tersbeut tepat pada wajah kekasihku. Perempuan itu hanya ternganga melihat kami. "Kita putus!" Segera aku keluar dari tempat jahara tersebut dan menangis setiap harinya.
Rasa sayangku padanya tak pernah hilang hingga detik ini. Kembali dalam ruangan ini dia terdiam dan hanya menatapku, sontak genggaman tangannya segera kuhampas pada lenganku. Ku arah kan pandangan pada jendela diluar yang hujannya hanya tinggal rintikan.
Dia masih terdiam
Rafles masih dalam kesunyian
Hatiku kalut, perasaanku campur aduk. Antara rindu dan sakit hati
"Maafkan aku Firly..." Rafles mulai berbicara. Tak ku tahan air mataku kan tumpah sebentar lagi, ku acungkan wajahku dari hadapannya. Aku berlari keluar cafe, kembali lagi rafles menggenggam lenganku. Persisnya kami berada di teras cafe dengan rintik demi rintik dari atas langit.
"Maafkan aku... aku harap... kita masih bisa kayak dulu. Aku menyesal" Rafles menatapku, aku menghadap padanya dan mengulurkan sebuah senyum. Aku senang rasanya mendengar kekasih lamaku meminta maaf, itu artinya dia mengetahui bahwa dirinya telah berbuat salah. Tapi kenapa permintaan maafnya lama sekali dan baru datang sekarang? Oh raflesku...
Lantas aku mengambil secarik kertas dari tas ku dan mengulurkan kertas tersebut padanya "aku akan maafin kamu kalau kamu bersedia..."
Tangan rafles terulur mengambil secarik kertas tersebut, menatapku dan membuka mulut
"Ya, kalau kau bersedia datang ke acara pernikahanku minggu depan" Lagi-lagi ku tersenyum padanya dan berlalu meninggalkannya mematung di bawah rintik hujan yang membasahi rambut klimisnya.
Ini salahmu, mengapa dulu kamu tak menghargai cintaku rafles?
So Sweet Mba Nana..... Mmmhhh so romantic
BalasHapus