Welcome blog Mba Nana

Diario Area | Diario Travel | Diario Outfit | Diario Love | Diario Diario

Minggu, 02 November 2014

dad

gak ada... gak ada seorang pun yang gak menginginkan kasih sayang. semua orang ingin disayang begitu pula juga ingin menyayangi.
keluarga... ya, keluarga. semua orang butuh kasih sayang keluarga. seluruh. seluruh anggota keluarga. cuma orang munafik yang merasa dirinya bisa berdiri di kaki sendiri. kelihatannya tegar, tak butuh belaian tapi didalamnya sungguh terlihat bahwa ketegarannya itu palsu. palsu semata
cinta... aku juga menginginkan cinta mau dari keluarga atau pun kekasih. kita tak bisa hidup tanpa cinta. cinta adalah kebutuhan dari rasa kasih sayang. menyayangi dan mencintai itu perlu. hidup menjadi lebih baik bila ada cinta dan kasih sayang.




tapi di cerita ini aku memberitahu soal ayah
siapakah ayah dalam keluarga? kalian pasti tau beliau adalah tulang punggung bagi anak-anak dan istrinya. dialah penopang bagi keterusan hidup keluarganya.
pagi hari ayah pergi tak lupa meninggalkan salam bagi ibu dan anak-anaknya, tak lupa memberi kecupan manis dan senyuman hangat. setelah itu pergi menaiki kendaraan besarnya dan melaju menuju tempatnya mendapatkan penghasilan. bangun di pagi hari dan bekerja seharian, berpikir, berpikir, berpikir demi sebuah perusahaan yang dipimpinnya bisa terus maju dan menghasilkan. dia juga berpikir agak tak pernah berhenti mendapatkan uang. selalu uang, uang, dan uang demi memenuhi segala kebutuhan dan membayar lunas setiap hutang-hutangnya. ayah kembali pulang pada saat hari sudah mulai gelap. ketika matahari tak mengeluarkan pancaran sinarnya lagi, tapi ketika bulan bersinar di kegelapan. kembali pulang dan hanya memikirkan untuk keesokan harinya. ketika melihat istrinya dirumah, dia teramat bahagia karena belahan hidupnya masih bisa tersenyum dan memberi belaian kasih sayang hangat kepadanya. tapi aku tak tahu apa yang dipikirkannya tentang anak-anaknya, aku tak tahu apakah dia masih memikirkan anak-anaknya? aku yakin jawabannya masih. tapi tahukah bahwa yang dipikirkannya tentang anaknya bukan seperti yang dipikirkannya terhadap belahan hidupnya, melainkan dia hanya memikirkan yang terbaik demi masa depan anaknya, katanya begitu. ketika aku bahagia bersama teman, ketika aku benar-benar menemukan teman yang sesungguhnya, ketika aku sampai lupa batas bermain dan ketika aku benar-benar tak memperdulikan waktu, dan pada akhirnya ketika aku pulang, ayah cuma bisa memberi omelan besar. bukan, ini bukan sebuah wejangan tapi ini benar-benar omelan dahsyat. kamu tau apa yang ada dipikirannya saat itu? dia berkata kalau katanya jam tidurnya terganggu karena ulah anaknya yang tak kenal waktu, menyelenong masuk kedalam rumah seperti maling, mengetok pintu minta dibukakan dan itu katanya mengganggu waktu tidurnya. kalau begini ceritanya, lalu siapa yang salah? anak cuma ingin bahagia diluar, ingin menjernihkan pikiran dari kegiatannya sehari-hari, tapi tak melakukan hal bodoh. anak tau mana yang baik dan buruk tapi dipikiran ayah berbeda, sangat berbeda, sementara itu ayah merasa terganggu karena ulahnya yang masih kekanakan. kenapa dia cuma bisa beralasan seperti itu? tak adakah alasan lain yang bisa diucapkan selain dari kata "mengganggu?" tak adakah bahasa lain seperti persamaan ibarat dia benar-benar menyayangiku? tak adakah makna lain dari yang mesti diucapkan? tak adakah perasaan tersembunyi atau kata-kata jujur yang bisa membukakan pikiranku? tak ada kah semua kalimat penting itu? tak ada kah maksut lain? sebuah maksut yang menuju bahwa kau menunjukkan perasaan khawatirmu terhadapku. apa aku disayangi olehmu? apa aku benar kau anggap? aku tidak murka, anak juga tidak kesal tapi anak bimbang selalu. karena ini bukan sepertama kalinya terjadi, ini terus menerus sampai dia bisa menjelaskan sebuah perseteruan yang merujuk pada kasih sayangnya untuk anaknya. sungguh, bukan kejadian seperti ini tapi banyak kejadian yang selalu dipikirkan sampai melebur otak bingung. bisakah kita berbicara dari hati ke hati? bisakah benar menganggapku sebagai sesungguhnya anakmu? aku tak pernah meminta lebih bahkan dalam keseharianpun aku tak berani meminta sepeser duit darimu, tapi bila diberi tak pernah ku tolak karena kata mitos sebuah pemberian tidak baik untuk ditolak. kini, kita hidup dalam bisu seakan perang dingin terjadi lagi. aku memang bukan anak yang bisa mengambil baik hati seorang ayah, aku juga tak handal untuk menggoda seorang lelaki apalagi seorang ayah yang benar-benar bertanggung jawab. kalau aku bukan segala-galanya untukmu dan kalau aku memang bukan seorang yang kau perlukan dalam keseharian, ya tak apa. kau memberiku kehidupan dan segala bekal ilmu itu sudah sangat berarti bagiku walau secuil kasih sayang yang terlihat, ku anggap segala yang kau berikan adalah harapan kasih sayang darimu, bukan sebuah kewajiban sebagai ayah tapi sebuah kasih sayang, aku harap begitu. bisakah kita kembali ke masa dulu dimana aku kecil dan belum ada adikku yang baru? bisakah kita bermain petak umpet bersama lagi dan kau menggendongku dengan tulus? bisakah kau mengeloniku disaat kita akan tidur? bisakah kembali lagi seperti yang dulu? butuh lagi rasannya masa masa itu, bukan masa masa dimana kau memberi omelan karena mengganggu dan membiarkan ku diluar semalaman. bukan masa kau mendidikku seperti aku memang harus merasa sengsara dan sedih. bukan masa dimana aku harus merasakan kapok mendalam. bukan masa pelajaran seperti itu yang ku mau. aku rindu masa kecil kita, aku rindu segala yang kita lalui dahulu dimana aku benar benar dipedulikan. walau kini terlihat aku bisa berdiri di kaki sendiri, walau kini aku terlihat bisa menghidupkan diriku sendiri, walau kini aku terlihat tak butuh kasih sayang lagi, tapi dalam hati semua itu benar palsu. itu topengku agar terlihat dewasa, tapi dia tak pernah mengerti. dia hanya mengerti untuk selalu menyediakan aliran uang setiap harinya, setiap segala keperluan pendidikan yang diperlukan, memberi bekal ilmu untuk masa depan. anak kadang berpikir, berpikir, berpikir selalu... dimana kasih sayang yang dulu? where is my true dad? 



-bait kata-kata puitis atau puisi pancaran hati dari isi hati orang lain-

2 komentar:

  1. iya na. kadang kita emang gak tau apa yang ada di pikiran ayah kita. aku juga kangen masa-masa masih kecil dulu... kita dididik dengan keras ya salah satu sebabnya agar kita bisa bertahan di kehidupan ini. seorang ayah pasti gak mau kan putri kecilnya kalah oleh kerasnya jaman? makanya dia berusaha agar putri kecilnya itu kuat dan dewasa di luar, walopun sedikit rapuh di dalem...

    saran aja sih na, tolong tulisannya dibaikin.. dikasih paragraf, atau apa segala macem.. pusing mata gue bacanya >.<

    BalasHapus
  2. Hmm iyaa dan kadang didikannya itu terlalu mengekang ya sher tapi ya gitu namanya juga didikan dari ayah..

    Hahahahaha soal tulisan sih emang sengaja gue bikin begitu biar lau orang pada ga kepengen baca wkwk eh tapi selamat buat kamuu karena kamu masuk dalam nominasi dari 7 orang terniat baca postingan ini versi on the spot! :p

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Foto Saya
Fransisca Williana Nana
Lihat profil lengkapku

Followers

total human

Popular Posts