Hati manusia itu seputih kain kafan, bahkan seburuk bara api. Kalau benar kan damai, baik hatinya melebihi nurani hati. Kalau buruk dan jahat hatinya, lebih jahat dari panasnya api dalam sumur kaldu. Tapi, siapa yang tahu hatimu seperti apa?
Berdebat dengan sesama bukanlah hal yang asing, itu sudah banyak terjadi. Tapi semakin saling membelenggu dalam perdebatan bukannya menjadikan runtuh suatu hal buruk, malah semakin hilangnya pusat damai jiwa.
Aku memang perempuan dan kamu seorang pria, atau aku seorang pria dan kamu adalah perempuan. Kami hanya punya perbedaan fisik yang dibentuk, bukankah hati dan cara pikir kami dapat serupa sewaktu waktu?
Perdebatan antara kami bukanlah hal yang asing. Mungkin aku salah, tapi jangan kau buat kesalahanku adalah contoh untuk ucapanmu yang kasar. Silahkan marah. Silahkan mengamuk sepuas hati kalau memang itu semua salahku. Silahkan aku tak keberatan. Silahkan jadi onar untuk buatku sadar. Aku siap menanggung semua. Itu karena aku mencintaimu
Tapi
Jangan kau buat mulut manismu itu menjadi getah bening racun. Kau tahu apa itu perasaan? Hati yang sudah kokoh ku buat untuk mencintamu tapi kau teteskan banyak racun didalamnya. Itu sama saja dengan membalas perkara. Tak sadarkah kau akan hal demikian? Bukankah ajaran semesta berkata untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan? Tapi kembali lagi, kejahatan apa yang ku perbuat pada kamu yang ku cinta?
Bukankah sudah kukatakan untuk mengamuk sepuasmu, lampiaskan semuamu padaku. Marahlah sepuasmu. Buatlah aku sadar. Tapi tolong, jangan berikan racun didalamnya. Tidak untuk menyakiti perasaanku. Kau tahu? Mulutmu itu semakin hari jauh dari keindahan merpati, tapi semakin serupa dengan panasnya merapi yang meletus. Panas rasanya.
Kadang aku bertanya pada semesta, apakah ini memang balasan yang sepadan untukku? Apa ini gerangan yang pantas ku dapat? Aku masih berusaha untuk tahu diri. Menahu diri menjadi seorang manusia suci. Tapi semakin ku fikirkan semuanya, semakin ku relung dalam hati, semakin ku bawa dalam mimpi tidurku semalam, semakin rapuh aku rasanya. Semakin terbelenggu sakit rasanya diri.
Bagai hidup yang dipagar oleh berbagai mawar berduri. Ini memang terlihat indah tapi percayalah, sakit rasanya. Aku dicipta hidup tuk berharap kan ada seorang merpati yang tulus padaku, mengerti aku sepenuh relung, tapi nyatanya merpati itu tak pernah mengertiku. Memang sulit bila berharap orang lain kan mengerti ku sepenuhnya. Ternyata benar, pengaharapan yang paling sulit terletak pada pengharapan pada manusia itu sendiri. Pengharapan pada sesama.
Aku membuka mata. Diam seribu bahasa. Otakku kembali mengulang hari kemarin. Apa aku salah? Kalau betul aku salah, bisakah jadikanku untuk berfikir lebih baik tanpa perlu kau sakiti relung hati? Jatuhnya, kalau membalas seribu lipat kali nya untuk buatku semakin remuk.
Aku sudah mengaku salah, mengemis mohon maaf padamu. Tak bisakah kau mendidik cara bekerja otakku tuk jadi sesuai yang kau mau? Oh semesta, apa ini salah satu dalam wujud pengorbanan cinta? Harus menerima bila ditundukkan tapi tidak berasal dari hati kesanggupannya. Aku lelah akan ini. Bisakah aku tidur di pangkuan mu sejenak seperti kejadian dua tahun lalu tepatnya sebelum aku menemui dia yang mereka sebut dia adalah jodohku.
In frame: Me
Picture by: Recky
Perdebatan antara kami bukanlah hal yang asing. Mungkin aku salah, tapi jangan kau buat kesalahanku adalah contoh untuk ucapanmu yang kasar. Silahkan marah. Silahkan mengamuk sepuas hati kalau memang itu semua salahku. Silahkan aku tak keberatan. Silahkan jadi onar untuk buatku sadar. Aku siap menanggung semua. Itu karena aku mencintaimu
Tapi
Jangan kau buat mulut manismu itu menjadi getah bening racun. Kau tahu apa itu perasaan? Hati yang sudah kokoh ku buat untuk mencintamu tapi kau teteskan banyak racun didalamnya. Itu sama saja dengan membalas perkara. Tak sadarkah kau akan hal demikian? Bukankah ajaran semesta berkata untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan? Tapi kembali lagi, kejahatan apa yang ku perbuat pada kamu yang ku cinta?
Bukankah sudah kukatakan untuk mengamuk sepuasmu, lampiaskan semuamu padaku. Marahlah sepuasmu. Buatlah aku sadar. Tapi tolong, jangan berikan racun didalamnya. Tidak untuk menyakiti perasaanku. Kau tahu? Mulutmu itu semakin hari jauh dari keindahan merpati, tapi semakin serupa dengan panasnya merapi yang meletus. Panas rasanya.
Kadang aku bertanya pada semesta, apakah ini memang balasan yang sepadan untukku? Apa ini gerangan yang pantas ku dapat? Aku masih berusaha untuk tahu diri. Menahu diri menjadi seorang manusia suci. Tapi semakin ku fikirkan semuanya, semakin ku relung dalam hati, semakin ku bawa dalam mimpi tidurku semalam, semakin rapuh aku rasanya. Semakin terbelenggu sakit rasanya diri.
Bagai hidup yang dipagar oleh berbagai mawar berduri. Ini memang terlihat indah tapi percayalah, sakit rasanya. Aku dicipta hidup tuk berharap kan ada seorang merpati yang tulus padaku, mengerti aku sepenuh relung, tapi nyatanya merpati itu tak pernah mengertiku. Memang sulit bila berharap orang lain kan mengerti ku sepenuhnya. Ternyata benar, pengaharapan yang paling sulit terletak pada pengharapan pada manusia itu sendiri. Pengharapan pada sesama.
Aku membuka mata. Diam seribu bahasa. Otakku kembali mengulang hari kemarin. Apa aku salah? Kalau betul aku salah, bisakah jadikanku untuk berfikir lebih baik tanpa perlu kau sakiti relung hati? Jatuhnya, kalau membalas seribu lipat kali nya untuk buatku semakin remuk.
Aku sudah mengaku salah, mengemis mohon maaf padamu. Tak bisakah kau mendidik cara bekerja otakku tuk jadi sesuai yang kau mau? Oh semesta, apa ini salah satu dalam wujud pengorbanan cinta? Harus menerima bila ditundukkan tapi tidak berasal dari hati kesanggupannya. Aku lelah akan ini. Bisakah aku tidur di pangkuan mu sejenak seperti kejadian dua tahun lalu tepatnya sebelum aku menemui dia yang mereka sebut dia adalah jodohku.
In frame: Me
Picture by: Recky
kayaknya, ini kayaknya ya
BalasHapuskayaknya kalau gue harus ataupun terpaksa membuka diri untuk mencari seseorang yang disebut jodoh, gue sudah harus selesai dengan diri sendiri.
dan mulut gue kayaknya harus dilatih biar ga mengeluarkan kata-kata yg menyakitkan.
ehe
Nah betul itu! Bukan kayaknya lagi, tapi emang harus begitu kayaknya. hahaha
Hapus...nggak tau mau komen apa.
BalasHapusKehabisan kata-kata.
Ini tulisan nyentuh banget. Emosional. Gue bacanya ada marah, sedih, berharap, campuraduk. Gila gila gila. INI KEREN BANGET!
Merpati ya? Analogi yang bagus. :)
UUUULALAAAA mantep betul yooo huehehe makasih loh mas gigip andre. Huahahah lucu kan merpatiii udah kayak burung yang terbang bebas gituuuh
HapusKomunikasi konon adalah bagian paling penting dalam suatu hubungan--entah itu keluarga, pertemanan, ataupun percintaan. Ketika proses komunikasi mulai tidak baik, misalnya, di tulisan ini kata-kata yang keluar itu kasar dan menyakiti; maka kamu pun bisa mengomunikasikannya dan merasa keberatan dengan hal itu. Jika komunikasi sudah terjalin, tetapi tidak ada perubahan, kamu dapat memilih pergi atau lebih bersabar lagi. :)
BalasHapusNamun, ada satu kutipan saat saya baru lulus SMK yang entah kenapa masih menempel di ingatan. Mungkin kalimat ini juga enggak asing lagi, sebab sering jadi display picture pada zamannya. Begini: Cinta adalah kuatmu dalam bertahan, tapi lepaskanlah jika kuatmu tidak dihargai.
Begini, komentar ini udah aku baca dari lama, tapi selalu dan selalu begini, setiap abis baca komentar ini, aku cuma bisa senyum doang. Percayalah yoga, tulisan di kolom komentar yang aku balas ini sebenarnya sudah berhasil buat hati jadi luluh. Aku sendiri gak tau mau balas apa, tapi aku yakin kamu tau apa yang aku rasa.
HapusTerimakasih atas komentar yang indah. Benar-benar indah. Aku selalu suka. Balasan dariku, tentunya kamu juga tahu bukan seperti apa rasanya hati yang benar mencinta? Yah seperti itulah. Seiring poros akan selalu ada pemberian memaafkan bagi mereka yang menyakiti. Ah kamu pasti lebih tahu daripada itu.
Ah yoga, sumpah, membalas komentar ini bagai mikir akan memposting apa untuk isi curahan hati. Yah, kalimat terakhirmu, benar buatku tersenyum, berfikir, dan membalas terimakasih yoga. :)
BROKER BERBASIS DI INDONESIA
BalasHapusTRADING ONLINE TERPERCAYA
PILIHAN TRADER #1
- Tanpa Komisi dan Bebas Biaya Admin.
- Sistem Edukasi Professional
- Trading di peralatan apa pun
- Ada banyak alat analisis
- Sistem penarikan yang mudah dan dipercaya
- Transaksi Deposit dan Withdrawal TERCEPAT
Yukk!!! Segera bergabung di Hashtag Option trading lebih mudah dan rasakan pengalaman trading yang light.
Nikmati payout hingga 80% dan Bonus Depo pertama 10%** T&C Applied dengan minimal depo 50.000,- bebas biaya admin
Proses deposit via transfer bank lokal yang cepat dan withdrawal dengan metode yang sama
Anda juga dapat bonus Referral 1% dari profit investasi tanpa turnover......
Kunjungi website kami di www.hashtagoption.com Rasakan pengalaman trading yang luar biasa!!!
aduhhhh matching banget sih foto sama tulisannya. sukaaa :")))
BalasHapusWaahhh terimakaciii arifinda cantikkk :)
HapusWew... O_O ini pertama kali berkunjung ke sini. I kinda know how you feel. Pernah ngalamin ini. Dah lamaak. Gak enak banget rasanya. jadi kayak gak dihargai... hehe hehe ehe e *ketawa getir*
BalasHapusWahhh bisa serupa gini kisyah kita wkwkwk. Semoga enggak kejadian lagi yahhh
HapusCampur aduk bacanya.
BalasHapusSedih, kesel, semua jadi satu.
Kayaknya kalo ngomongin soal hati, pasti ada aja halangannya, gak bakal berjalan mulus, penuh lika liku.
CUma kalo sudah tidak kuat, silahkan lambaikan tangan ke kamera.
Tinggalkan.
Lebih baik hati kecewa dan sedih sejenak daripada harus menanggung perih seumur hidup jika memilih untuk harus bertahan :)
Kalo ngomongin soal hati pasti ada aja liku likunya hahaha. Duh rasa-rasa jadi pingin angkat tangan dan melambai lambai di kamera gini. Seperti hands up shaggyy :3
HapusDuh, semoga dapet yang terbaik ya. Apapun itu deh. Agak bingung juga gue mau komen apa. Takut salah2. Huehehehe.
BalasHapusWaduh dapet yang terbaik apa tuh? Kan saya enggak lagi nyari hahaha. Jangan sungkan... Yo yo ayo yo ayo yo yo ayo
HapusHahaha maksudnya kondisinya dong. Muahahahaa. Joget juga nih hammba.
HapusGila bahasanya tinggi amat sis
BalasHapusWkwkwkwk
Setinggi apa tuh? JIEHEHEHE
HapusBROKER AMAN TERPERCAYA
BalasHapusPENARIKAN PALING TERCEPAT
- Min Deposit 50K
- Bonus Deposit 10%** T&C Applied
- Bonus Referral 1% dari hasil profit tanpa turnover
Daftarkan diri Anda sekarang juga di www.hashtagoption.com
Semangat mb! Berharap sama manusia emang gampang bikin kecewa, apalagi kalau menargetkan ekspektasi soal cinta :(
BalasHapusanw, fotonya bagus. suka! rada mistis sih kirain tadi cuplikan 'Ibu' di pengabdi setan :(
Yaaa! Betul banget huhuhu. Awww thank youuu! Wkwkwkwk 11-12 sama cover pengabdi setan sih emang hohooo
BalasHapusPertama, fotonya. Suka banget! Macam Monalisa versi modern, hehe.
BalasHapusFotonya (buat saya yah) benar-benar memvisualisasikan tulisannya. Dan segala rasa yang tertuang dalam tulisan diperjelas lewat foto.
Feel nya itu loh (emoji jempol).
Bukan saya sih yang mengalami, tapi salah satu kerabat. Karena dekat sejak kecil, jadi lumayan tahu apa yang terjadi. Butuh waktu 25 tahun hingga semuanya mulai tertata dan masing-masing bisa menerima satu sama lain.
Masalahnya sama, komunikasi. Tapi bukan kata-kata melainkan kadar afeksi dua orang ini yang sangat bertolak belakang. Semuanya hampir selesai beberapa tahun yang lalu, tapi ternyata sekarang (setelah 25 tahun), semuanya berubah menjadi baik.
Untuk mereka saya standing ovation untuk kesabaran masing-masing.
Tidak bisa membayangkan bila saya diposisi itu, pun dengan membayangkan seperti yang ditulis Mba Nana.
Bukan bagaimana menahan supaya tidak menuangkan racun, tapi bagaimana tidak mudah pergi meski cuma membaui racunnya.
Maaf ya mba, jadi cerita lebar panjang hehe.
25 tahun? Lama ya... Saya pikir pasti sesekali seringkali sadar, tapi pasti terkadang muncul lagi hingga benar-benar pulih dalam masa 25 tahun? Waw, sungguh, itu terlalu sekali.
HapusYaaa rasanya saat itu memang benar tidak enak. Itu yang paling saya takutkan. Pergi. Menuangkan racun hanya sebuah pelarian tetapi pergi adalah kesadaran untuk menyerah. Hampir saya menyerah tapi daripada menyerah, lebih baik saya beri racun hanya sebagai pelarian supaya saya tidak ingin pergi.
Karena saya tahu, kalau sudah pergi, semuanya akan selesai. Saya gak mau :)
Gak apa mba, saya senang bacanya hehe makasih untuk komentar panjangnya yaa, jadi cukup membantu seenggaknya bisa membuat saya agak lega. :)
Nice share, semacam diingatkan lagi "pengaharapan yang paling sulit terletak pada pengharapan pada manusia itu sendiri. Pengharapan pada sesama". Keep strong kakak
BalasHapus