Manusia mana yang enggak tau rasanya saat berada di fase titik terendah? Titik dimana semua perasaan begitu dalam, rapuh, terbawah, dan paling mudah untuk diinjak sampai hancur. Mungkin ada, mungkin juga banyak manusia yang gak perduli akan perasaan titik terendah ini. Tapi, bukannya akan semakin dalam rasanya saat pada akhirnya perasaan itu muncul?
Bahkan hanya rasa sepi yang seujung jengkal saja juga bisa jadi pemicu titik terendah manusia. Ketika kamu tau rasanya rapuh karena dia orang terdekatmu, ketika kamu tau rasanya tenggelam dalam kekecewaan. Lantas, Tuhan mana yang akan kamu sebut? Tuhan mana yang akan kamu percaya bahwa kamu masih disayang? Ah, itu semua cuma perasaan-perasaan kecil yang gak ada apa-apanya. Kenapa segala bawa-bawa Tuhan dalam cobaan yang menurutmu begitu berat padahal, kamu saja yang kurang beriman?
Sendiri berhari-hari, melamun berhari-hari, menangis setiap malam, dan masih berupaya menjalani keseharian adalah bukti bahwa kamu masih kuat dan kamu masih diberkahi. Yang paling mudah adalah bersyukur atas kehidupan ini, tapi nyatanya segala perasaan buruk yang muncul karena berbagai cobaan pun juga tak bisa diam. Aku dihantui itu semua setiap harinya, dan ketika waktu sendiri itu datang, kelam meracau. Dia yang tega, dia yang ber-onar, dia yang terdekat dan sekelilingmu pun juga tidak bisa banyak berbuat, justru kehadiranmu mungkin mengganggu.
Tapi tahukah kamu apa artinya ketika kesabaran juga tak berujung hasil indah? Ketika penantian terpanjang untuk bisa kembali baik-baik saja juga tak kunjung membaik? Ketika kamu menutupi segala kecemasan itu sampai akhirnya bom waktu meledak karena ternyata mimpi mu, hasrat mu, upaya mu, kerja kerasmu tak kunjung membawa akhir yang baik?
Ya, disanalah jawaban bagi rasa kecewa. Dan pelajaran untuk semua ini, mungkin memang seharusnya seperti ini, tidak menuntut apapun, tidak meminta dan ingin apapun, sehingga tidak timbul kisruh dalam hal apapun. Tapi ini semua bukan persoalan dengan batin dan jiwa diri sendiri, ada manusia lain juga disana. Dan baiknya kita tahu bahwa kesabaran itu tiada batas, maka mungkin jawabannya sabar dan menerima semua itu sudah cukup, biarpun nantinya mesin waktu juga bisa kembali meledak tapi setidaknya kita tahu, bahwa esok akan lebih kuat daripada hari ini.
Dalam hidup selalu ada pasang surut kan ya. Semoga setelah fase ini, mbaknya akan terbang menuju titik tertinggi kebahagiaan
BalasHapusAmin terima kasih banyak ya kakaknya, semoga semua mahluk di bumi hidup berbahagia
Hapus