Siapa dari kita semua yang menyangka kalau ternyata proses berjalannya hidup itu setiap alurnya berbeda-beda? Segala masalah, keluh kesah, dan kendati progressnya juga berbeda-beda. Dari kecil sampai sekarang manusia selalu belajar, dari yang cuma belajar membuka mata, mengenal orang tua sampai ditahap bisa berjalan dan mengikuti perjalanan arus kehidupan. Sejatinya kehidupan manusia itu ajaib.
Hidup itu adil, kalau kita merasa bahagia, dia juga datang membawa sedih. Kalau dirasa hidup baik-baik saja, dia juga bisa datang bersamaan dengan masalah lainnya. Makanya, kita diajarkan untuk selalu bersyukur. Semasa kecil, hidup memang gak penuh dengan berbagai masalah dan rintangan yang berat, tapi sulitnya ngerjain soal matematika aja hal itu udah dirasa berat. Dimarahain orang yang lebih tua aja juga jadi kendala soal emosi diri, kontrol pikiran dan perasaan. Bagaimana dengan kita di kehidupan dewasa ini?
Dari segala perjalanan dan aktivitas kehidupan yang kita alami, aku ngerasa kalau baiknya manusia hanya cukup berserah. Melakukan yang terbaik dan menjadi baik karena pada endingnya kita juga akan merasa lelah. Baik lelah fisik, pikiran, mental, bahkan perasaan. Karena hari-hari begitu panjang, dan enggak setiap waktu kita bisa berdamai dengan diri sendiri, makanya kita perlu diam dan melakukan penyembuhan.
Dulu, ditempat kerja ku sebelumnya, aku selalu menantikan satu hal. Sesuatu yang bisa bikin aku ngerasa paling bersyukur dan senang. Ada tenang disana, jiwaku meronta dalam damai. Sesuatu itu kecil dan sebetulnya biasa aja tapi bagiku, aku ngejadiin hal itu istimewa. Karena hari-hariku hanya habis untuk kerja dikantor dan aku selalu pulang sore hari, aduh disitu istimewanya. Sore hari pukul 5 tepat aku langsung ngacir keluar untuk perjalanan pulang. Disana aku melakukan kegiatan nyore. Berkendara motor pelan-pelan sembari menikmati pemandangan langit sore dengan hembusan angin yang tenang. Seneng banget ketika masih bisa melihat matahari sore.
Suasananya sejuk, ada kebahagiaan dalam hati disana. Yang pastinya, aku bisa beristirahat jauh lebih lama karena begitu sampai dirumah, keadaan langit juga masih petang, belum gelap sepenuhnya. Tapi ternyata gak selamanya aku bisa ngerasain itu, begitu jam kerja berubah, satu hal yang paling kutunggu setiap hari pun juga berubah. Jam pulang diubah jadi jam 6. Bisa pulang dengan masih melihat langit terang aja rasanya udah senang, biarpun sampai rumah langit berubah jadi gelap.
Bahkan ketika hari libur aku pergi ngopi di cafe terdekat sore hari, pastinya akan ku pilih bangku luar karena masih bisa merasakan sedikit terik sore yang juga terasa atmosfer penyembuhannya. Mungkin aku bukan salah satu manusia yang punya privilege untuk bisa ngerasain hari-hari santai di sore hari, tapi setidaknya aku masih bisa merasakan sore beberapa kali saja dalam satu minggu.
Seiring berjalannya waktu, kini aku sudah enggak lagi berjodoh dengan sore hari. Aku cuma bertemu panasnya matahari pagi, dan begitu keluar kantor, langit sudah gelap. Ingin rasanya nyore diluar tapi apalah mood ku lebih tenang saat didalam ruangan dalam keadaan kantuk karena hawa dingin ac. Aku bisa tidur untuk istirahat sejenak atau bersantai diruangan. Tapi, memang, hal kecil saat bisa melihat langit terang itu kini bukan menjadi tujuan dalam satu hariku. Entah apa kini, aku hanya cukup jalani hari-hari dengan pikiran tenang dan tanpa beban mental saja itu cukup.
Aku juga penikmat suasana sore hari. Saat aku dan sepupu libur, kami akan pergi ke cafe yang punya outdoor yang enak untuk menikmati sore, senja, bahkan malam dengan langit yang cantik.
BalasHapusAhhh aku paham suasananya, indah dan teduh banget <3
Hapusaku banget ini, kalau pulang kantor jam 5 dan ketika di jalan ketemu sama sunset yang cakep yang berwarna orange gitu, aku pelankan motorku, kadang aku sengaja berhenti untuk memotretnya sebentar. seharian rasanya tenang gitu padahal siangnya pas di kantor sumpek :D
BalasHapusHihi penikmat senja yaaa! Rasa sumpek seharian tiba-tiba aja bisa hilang kalo udah ketemu langit senja yang cantik banget
Hapuskalau saya sekarang tuh lebih suka menunggu waktunya bobok, trus bisa bobok dengan waktu yang cukup, setidaknya 5 jam lah, rasanya bersyukur banget nget.
BalasHapusSelain itu, menunggu waktu anak-anak bobok, trus saya bisa menulis dengan lancar dan fokus, rasanya bikin kangen, hahaha
aah bobok juga sama menyenangkan dan menenangkan. Memang kita semua butuh istirahat baik istirahat jiwa, pikiran dan fisik. Bobok bisa mengistirahatkan semuanya hehe
HapusKalo pulangnya diperlambat 1 jam, apakah masuknya diperlambat 1 jam juga? :) Mudah2an bisa menikmati pagi lebih lama
BalasHapusAh menyebalkan tapi mau gimana lagi karena kita belum punya power yang cukup, kecuali memilih resign. Tapi jika memang yang terjadi begitu, mungkin mengikhlaskan dan mencoba bersyukur adalah jalan ninjanya, biarpun sulit diawal :)
Hapus