Pagi itu wajahku cerah, begitu ku membuka mata, rasa tak sabar benar begitu menggebu untuk buat kaki ku segera beranjak. Aku bersiap memakai setelan santai nan sejuk di tubuh, tak lupa yang paling berharga adalah mantel jaket serta sepatu kets. Kegunaannya benar bermanfaat supaya aku kuat dari terpaan dinginnya suhu dan bisa menjaga jari jemari di kaki. Aku berangkat subuh kala itu menuju pelataran di kota lain, jauh dari rumah ku untuk itu aku memerlukan helm motor. Kami berangkat
Keadaan nya sejuk sekali. Pemandangannya juga menarik perhatian mata. Biasanya yang ku pandangi di hari-hari adalah jalanan padatnya ibukota serta polusi asap debu kendaraan bahkan asap puntung rokok milik semua orang yang berserakan dimana-mana. Lebih apes lagi bila ku melihat sampah bercecer disepanjang jalanan yang ramai lalu lintas, sungguh malang untuk dilihat.
Tidak dengan kali ini. Walaupun hanya kota tetangga, walaupun hanya sejauh sama seperti waktu tidur siang sekitar dua jam, tapi disini manfaatnya benar terasa. Sejuknya udara, hilangnya polusi asap tebal, sirna nya pemandangan kota metropolitan, penuhnya pepohonan berimbun, jantungnya indonesia yang penuh akan pepohonan, semuanya terasa menarik untuk aku seorang. Aku tiba pada pelataran pintu masuk kota Bogor. Untuk bogor sendiri sejuknya udara belum begitu begitu terasa, tapi semakin ku kedalam sana, semilir angin sayup-sayup terasa sejuk dingin, rupanya tempat ini adalah kota hujan.
Sampai akhirnya aku tiba dimana tempat itu benar-benar penuh pepohonan lebat menjulai tinggi sehingga menutupi terangnya langit pagi bahkan cahaya matahari pun tak begitu nampak terpaannya sampai ke seluk daratan di daerah gunung pancar. Aku turun dari kendaraan, mengelilingi jalanan setapak demi setapak. Benar desa tempat ini, beda seperti metropolitan tempatku menimba ilmu dan juga menguras tenaga untuk mencari pemasukan materi. Tempat ini begitu sunyi dan berbeda.
Aku mencari letak dimana jalanan tempat motor berlalu lalang tak lagi terlihat, aku mencari tempat tersembunyi itu. Tepat disampingku tapi aku tak tahu dimana kah pintu masuknya. Bertanya ke berbagai penjuru dan mendapati kalau aku bisa masuk melalui sela-sela pagar yang terbuka. Masuk lah kami kedalam, berjalan disepanjang jalan hanya berdua, aku dan temanku. Tanpa melihat orang di sekitar, tanpa melihat apapun di sekitar, hanya ada pohon, bebatuan, serta dedaunan dan berbagai hewan kebun lainnya.
Anehnya, dalam keadaan sepi dan sunyi dalam hutan, dan dalam segala situasi yang takut akan tertimpa bahaya, aku dapat menari diatas bebatuan dan tanah cokelat dengan gembira. Merasakan semilir angin bertiup, merasakan keadaan yang sebelumnya aku belum pernah merasakannya. Menikmati ini semua benar bisa membuat bahagia ku meningkat.
Cukup menikmati terjebak dalam pepohonan, aku sudah sangat puas. Terbesit ketakutan tak menemukan jalan keluar tapi semua tertangkis karena bahagia ku yang membuat pikiran dapat mencari jalan keluarnya sendiri. Sedikit kutimpal sesuatu. Aku pernah dapat cerita dari sopir blue bird, ia mengantar keluarga dari penduduk Dubai untuk keliling jalan-jalan sekitar wisata di Indonesia. Sopir itu membawanya ke Curug yang ada di Bogor. Keluarga Dubai itu amat suka dengan Curug bogor, mereka menikmati keindahan Bogor dan masih ingin kembali menikmati Bogor sana. Bahkan mereka sangat bosan dengan kehidupan mewah bak metropolitan, Dubai begitu luas dan mewah sampai mereka tak lagi tahu dimana titik kenikmatannya untuk tempat-tempat mewah seperti itu.
Pengalaman dari kisah wisata orang Dubai sana. Mereka amat menyukai wisata Bogor di Indonesia, lantas aku yang tinggal di Indonesia mengapa tidak perlu menikmati pelataran beribu pohon disana? Atau juga punya kecintaan untuk wisata di Bogor? Memang sebaiknya cintai produk dalam negeri terlebih dahulu sebelum belajar mencintai yang ada di luar sana. Cintai Indonesia karena di Indonesia sendiri sudah begitu beragam wisata keindahannya.
Anehnya, dalam keadaan sepi dan sunyi dalam hutan, dan dalam segala situasi yang takut akan tertimpa bahaya, aku dapat menari diatas bebatuan dan tanah cokelat dengan gembira. Merasakan semilir angin bertiup, merasakan keadaan yang sebelumnya aku belum pernah merasakannya. Menikmati ini semua benar bisa membuat bahagia ku meningkat.
Cukup menikmati terjebak dalam pepohonan, aku sudah sangat puas. Terbesit ketakutan tak menemukan jalan keluar tapi semua tertangkis karena bahagia ku yang membuat pikiran dapat mencari jalan keluarnya sendiri. Sedikit kutimpal sesuatu. Aku pernah dapat cerita dari sopir blue bird, ia mengantar keluarga dari penduduk Dubai untuk keliling jalan-jalan sekitar wisata di Indonesia. Sopir itu membawanya ke Curug yang ada di Bogor. Keluarga Dubai itu amat suka dengan Curug bogor, mereka menikmati keindahan Bogor dan masih ingin kembali menikmati Bogor sana. Bahkan mereka sangat bosan dengan kehidupan mewah bak metropolitan, Dubai begitu luas dan mewah sampai mereka tak lagi tahu dimana titik kenikmatannya untuk tempat-tempat mewah seperti itu.
Pengalaman dari kisah wisata orang Dubai sana. Mereka amat menyukai wisata Bogor di Indonesia, lantas aku yang tinggal di Indonesia mengapa tidak perlu menikmati pelataran beribu pohon disana? Atau juga punya kecintaan untuk wisata di Bogor? Memang sebaiknya cintai produk dalam negeri terlebih dahulu sebelum belajar mencintai yang ada di luar sana. Cintai Indonesia karena di Indonesia sendiri sudah begitu beragam wisata keindahannya.