Welcome blog Mba Nana

Diario Area | Diario Travel | Diario Outfit | Diario Love | Diario Diario

Minggu, 27 Januari 2019

Cerita ku sudah di hari itu

Kalau sudah begini aku bingung untuk kemana. Ingin pulang tapi berat rasanya, ingin melalang tapi tak punya tujuan. Aku dilanda dilema. Tak ingin kembali pada lingkaran amarah pulang, tak ingin pula seperti hilang arah tujuan. Aku berjalan saja, sesekali mungkin ada hiburan ditengah perjalanan. 

Aku habis menangis, kuhempas saja tangis itu pada pinggir jalan yang kering. Dirumah sana tempatku beradu bicara. Entah kenapa suasananya kurang menyejuk. Ibu, ayah, semua bertengkar. Hanya adik yang menangis meraung-raung. Ah mungkin sedang dilanda masalah semuanya, aku pun juga begitu. Kekasih ku beradu cakap denganku sampai semuanya kini menjadi kesalahanku. Lelah rasanya. Kini tak ku perdulikan lagi, ku hiraukan itu semua. Aku berjalan setapak demi setapak meninggalkan jejak gundah di hati. Tak terasa terlalu lama berjalan buatku lelah sendiri. 

Sembari berjalan sebentar ku temukan mesin minuman yang dijajakan pinggir jalan. Siang itu sedikit panas rasanya. Ku cari koin dalam kantong celana, tak ketemu. Ku gerogoh isi dalam tas, tak juga ketemu. Ku ambil dompet kecil disana, ku buka, teliti dengan jelas dimana letak sisaan koin, akhirnya dapat. Ku cemplungkan koin itu dalam kotak mesin minuman, terjebak jatuh dan menggali sendiri. Ku tekan tombol coca cola pada gambar supaya minuman yang ku ingin itulah akan ku dapat. Ditegaknya hingga hampir habis. Ah dahaga, kerongkonganku sudah pulih kembali dari panasnya rasa karena hampir empat jam aku belum minum air.


Sudah lama begini masih juga suasana hati belum pulih. Benakku terus termenung akan kejadian kemarin. Ibu membawa koper dan tas besar beranjak ingin pulang katanya, adikku menahannya, isak tangis terus meraung-raung. Aku hanya melihat cuplikan itu, teriakan kencang sedikit-dikit ku dengar tapi tak ku hiraukan. Ku asyik sibuk dengan pikiranku. Dalam telepon genggam hanya berisi barisan chat yang buatku sakit. Berawal saat kekasih selalu menyudutkanku, hingga aku mencoba untuk melanturkan maaf terus-menerus, kini maaf itu menjadi sebuah kebiasaan untukku. Kata maaf tidak lagi sulit untuk diucap, alangkah sangat mudahnya, melantur berat menjadi lanturan ringan. Keikhlasan hatiku untuk selalu mengaku salah, kini aku bisa.

Ternyata air mataku sudah jatuh, anganku gelap, aku dimabuk kenangan pahit kemarin. Semua ini buatku tak nyaman. Ada apa dengan keluargaku? Ada apa dengan kisah cintaku? Ada apa pula denganku? Aku kalut dalam kesibukan yang harusnya tak perlu dipikirkan. Semakin ku tenggelam, semakin sakit rasanya. Ku coba diam untuk menegakkan hati, mencoba menerima semuanya, mencoba tak memikirkan semuanya. Kucoba... kucoba...


Ah aku menemukan satu pack pocky cokelat. Perutku juga masih belum terisi makanan sedari semalam, aku puasa hampir satu hari sepertinya. Itulah kelebihanku, disaat gulana yang ku rasa, makan dan minum pun suatu pantangan yang memang tak pernah ku ingat. Apalagi ku dambakan. Sepertinya kini kondisi hatiku sedikit mulai membaik, setelah menangis lagi, rasa lapar mulai terasa pada perutku. Ku raih pocky dalam tas, dibukanya pelan bungkus itu yang masih tertutup rapat. Aku memakan pada gigitan pertama. Manis...


Berjalan mencari tempat sejuk disekitar sana, kurasa aku memilih bagian luar ruangan. Mataku haus akan pemandangan. Berjalan sedikit jauh sampai menemukan tempat peristirahatan. Tapi tak juga ku termukan hingga aku melihat ada tempat yang bisa di duduki dijauh sana. Ku dudukkan diriku disana, tak memandang apapun pikiranku tak tahu kemana. Mataku tersorot pada awan cerah diatas sana. Matahari rupanya sedang mengumpat, suasana mendung tapi tak menurunkan air hujan buat benakku kelabu tak punya tujuan. Aku seperti melamun tanpa arah, semua masalahku tiba-tiba saja lenyap. Ku habiskan pocky sedikit demi sedikit. Rupanya aku sedang menikmati kesendirian


Awan cerah tapi gelapnya terkadang muncul. Serupa dengan hatiku, cerah memang tapi sesekali panasnya hati terasa, buatku tenggelam kembali dalam angan kemarau. Aku benci akan suasana hati yang sedih. Tiba-tiba seseorang datang, meminta ijin untuk duduk disampingku, tidak terlalu dekat karena dia masih menjaga jarak, kami sama-sama tidak mengenali satu sama lain. Seseorang itu tersenyum simpul, aku membalasnya. Ku tawari ia pocky jajanan yang sedang ku santap, diterimanya dan di gigitnya cepat. Tiba-tiba ia bercerita. Keadaan hatinya sama seperti yang ku rasa hanya saja masalahnya yang berbeda.

"... kalau sedih cukup di hati, wajah jangan sampai terbawa sedih... Nanti orang lain jadi ikut terbawa sedih..." Begitu katanya...


Ia melanjut lagi,

"Kesedihan hari ini, cukup sampai sini. Esok ada cerita lain yang berbeda. Jangan bawa sedih hari ini untuk esok. Cukup di terima, dan di kenang bila perlu, atau di lupa bila tidak bermanfaat..." 

Itu kalimat terakhirnya, ia menoleh dan tersenyum. Bangkit, berjalan berlalu hingga sosoknya hilang dari pandanganku. Aku sendiri lagi, tersenyum. Otakku kini stabil, rasa hatiku menjadi lebih baik lagi. Semua masalah pasti kan terjadi, memang hanya perlu dilewati. Tak perlu berlebihan. Jalani saja. Dan sudahi itu semua
Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Foto Saya
Fransisca Williana Nana
Lihat profil lengkapku

Followers

total human

Popular Posts